Jumat 06 Oct 2017 18:03 WIB

Ini Dampak Pemakaian Minyak Berulang Kali

Rep: Novita Intan/ Red: Indira Rezkisari
Menggoreng.
Foto: Republika/Amin Madani
Menggoreng.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat menggoreng makanan yang memerlukan banyak minyak, banyak orang menggunakan minyak untuk menggoreng berkali-kali. Selain meninggalkan residu berupa bumbu dan remah makanan, apakah cara ini aman?

Seperti dilansir dari laman The Indian Express, memakai minyak berulang kali bisa menekankan bahwa epidemi penyakit jantung dan meningkatkan proporsi lemak. Menurut para dokter, lemak dalam makanan terdiri dari empat jenis antara lain lemak jenuh, tidak jenuh, mono dan trans. Dan yang paling berbahaya terakhir, jika dimasak dalam durasi lama.

"Orang-orang kami (India) sama sekali tidak tahu apa yang mereka makan. Lemak trans yang paling berbahaya dan penyebab utama penyakit jantung masuk ke dalam tubuh manusia dengan berbagai cara. Seseorang harus memilih minyak goreng yang seimbang dan memiliki kurang dari 4 gram lemak jenuh, "kata Sundeep Mishra, Guru Besar Kardiologi di AIIMS.

Mishra, yang memiliki beberapa penelitian mengenai masalah ini, mengatakan bahwa minyak mendidih berjam-jam dan penggunaan kembali minyak sulingan menyebabkan peningkatan lemak trans. Disarankan bahwa meskipun minyak sawo dan minyak zaitun termasuk minyak 'baik' yang sebagian besar digunakan untuk memasak.

Para dokter bahkan menyarankan agar minyak mustard dicampur untuk menyeimbangkan lemaknya, sementara minyak zaitun hanya boleh ditaburkan pada makanan yang dimasak dan tidak digunakan untuk menggoreng karena menyebabkan peningkatan lemak trans. Jenis minyak lain seperti kelapa oleh orang-orang di India selatan yang digunakan untuk memasak membuat mereka menjadi pasien jantung akut, para dokter juga memperingatkan agar tidak menggunakan minyak kelapa sawit karena mengandung kandungan lemak trans yang tinggi.

WHO mengatakan penyakit kardiovaskular (CVD) adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia dan juga di India. Mereka disebabkan oleh gangguan jantung dan pembuluh darah, dan termasuk penyakit jantung koroner (serangan jantung), penyakit serebrovaskular (stroke), tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit arteri perifer, penyakit jantung rematik, penyakit jantung kongenital dan gagal jantung.

Dokter juga mengatakan bahwa sebuah studi menarik oleh AIIMS menunjukkan bahwa hanya 13 persen orang berpendidikan memperhatikan apa yang mereka konsumsi, dan jumlah operasi bypass jantung di kalangan kaum muda juga meningkat. Praveen Chandra, dari Intervention Cardiology, Medanta Hospital, Gurgaon mengatakan bahwa India telah menyaksikan kemajuan luar biasa dalam hal pengobatan penyakit arteri koroner.

Risiko kematian pada pasien gagal jantung sebanding dengan pasien dengan kanker lanjut, dan saat ini, menghabiskan biaya ekonomi dunia 108 miliar dolar AS setiap tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement