Sabtu 29 Jul 2017 17:36 WIB

Mengenal Bell's Palsy, Kondisi yang Diderita Angelina Jolie

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Hazliansyah .
Angelina Jolie.
Foto: AP
Angelina Jolie.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perceraian dengan aktor Brad Pitt ternyata mempengaruhi kondisi kesehatan aktris Angelina Jolie. Pascaperceraian, Jolie mengaku terdiagnosa dengan gangguan Bell's palsy.

"Terkadang wanita dalam keluarga menempatkan dirinya di posisi terakhir sampai akhirnya kondisi tersebut mempengaruhi kesehatan wanita itu," ujar Jolie seperti dilansir Ok!.

Jolie menilai kondisi Bell's palsy yang ia derita berkaitan dengan menopause atau stres yang ia alami setelah perceraian. Akan tetapi, kondisi Bell's palsy pada dasarnya lebih kompleks dari perkiraan Jolie.

"Kami tidak yakin apa yang menyebabkan penyakit ini, tapi diperkirakan karena virus yang mempengaruhi saraf wajah," jelas dokter asal Inggris, Renee Hoenderkamp.

Hoenderkamp mengatakan Bell's palsy merupakan penyebab kelumpuhan wajah yang paling sering ditemukan. Kondisi ini menyebabkan kelemahan sementara pada satu sisi wajah.

Kelumpuhan pada wajah bisa bersifat ringan hingga berat. Pada kelumpuhan yang berat, otot pada satu sisi wajah sama sekali tidak dapat bergerak.

Beberapa gejala yang umum dirasakan oleh penderita adalah kelopak mata yang menurun, perubahan rasa pada lidah, rasa nyeri di sekitar telinga dan sensitivitas terhadap suara di sekitar meningkat.

"Karena bisa mempengaruhi mulut, kemampuan bicara bisa terganggu," sambung Hoenderkamp.

Hoenderkamp mengatakan steroid kerap digunakan dalam terapi Bell's palsy. Terkadang, dokter juga akan memberikan obat antivirus pada pasien. Hanya saja, belum ada bukti kuat untuk mendukung pemberian obat antivirus.

Tak jarang, pengobatan Bell's palsy juga melibatkan psikoterapi dan injeksi botox. Injeksi botox dilakukan untuk merelaksasi otot pada kasus Bell's palsy yang persisten.

Pada beberapa pasien, kelopak mata tidak dapat menutup dengan sempurna. Biasanya akan dilakukan beberapa trik agar mata tetap terlindungi saat pasien tidur di malam hari.

"Seringkali dengan menggunakan perekat untuk menutup mata dan obat tetes untuk mencegah kerusakan jangka panjang," terang Hoenderkamp.

Terkait pengobatan, Hoenderkamp mengatakan pasien Bell's palsy bisa sembuh dalam waktu tiga minggu. Akan tetapi beberapa pasien membutuhkan waktu lebih lama hingga sembilan bulan.

Dalam beberapa kasus, masalah kelemahan wajah ini tidak bisa hilang sepenuhnya dari wajah pasien. Tanpa penanganan yang baik, pasien juga bisa mengalami beberapa komplikasi seperti ulserasi mata, penurunan sensasi rasa, masalah bicara hingga keluar air mata saat makan.

"Jadi, segera ke dokter ketika tanda pertama dari kelemahan wajah muncul," kata Hoenderkamp.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement