Jumat 28 Jul 2017 10:01 WIB

Ortu Diimbau Jauhkan Anak dari Suplemen dan Minuman Energi

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Minuman berenergi bereaksi meningkatkan hormon stress dan tekanan darah, memicu risiko penyakit jantung.
Foto: pixabay
Minuman berenergi bereaksi meningkatkan hormon stress dan tekanan darah, memicu risiko penyakit jantung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rupa-rupa suplemen seperti minuman energi, asupan diet, hingga obat-obatan herbal telah menjadi tren yang cukup mengemuka. Namun, studi yang dilakukan peneliti dari Rumah Sakit Anak Nasional di Ohio menganjurkan orangtua untuk menjauhkan produk-produk tersebut dari jangkauan anak.

Pasalnya, deretan suplemen itu tercatat paling banyak menyebabkan masalah kesehatan serius. Pusat Kendali Racun Amerika Serikat bahkan menerima panggilan telepon dengan frekuensi rata-rata setiap 24 menit sekali yang melaporkan adanya kasus akibat paparan suplemen makanan.

Suplemen mengandung "yohimbe", tanaman herbal dari pohon cemara yang tumbuh di Afrika, tercatat menyumbang 28,2 persen masalah medis dalam keseluruhan laporan. Bahan tersebut biasanya digunakan untuk mengatasi masalah seksual, menambah stamina, dan dipercaya bisa membantu mengurangi berat badan bagi orang dewasa.

"Paparan yohimbe dan produk energi lain bisa berbahaya, mendesak adanya kemasan yang mencantumkan peringatan untuk menjauhkannya dari anak, edukasi bagi para pendidik, dan regulasi yang lebih ketat," ungkap Henry Spiller, Direktur Pusat Racun Ohio di rumah sakit tersebut.

Salah satu penulis studi, Gary Smith, mengatakan bahwa konsumen cenderung menganggap standar keamanan suplemen tersebut sama dengan obat-obatan. Padahal, suplemen tidak dikategorikan sebagai obat sehingga membuatnya terbebas dari keharusan uji klinis kecuali jika dilabeli untuk penggunaan terapeutik.

Ia membeberkan pula fluktuasi paparan suplemen terhadap anak menurut hasil studi yang dipublikasikan dalam Journal of Medical Toxicology itu. Paparan diketahui meningkat 46,1 persen selama periode 2000-2002, menurun 8,8 persen sepanjang 2002-2005, dan melonjak lagi sebanyak 49,3 persen dari 2005 sampai 2012.

"Sekitar 70 persen paparan suplemen terjadi pada anak di bawah usia enam tahun dan sebagian besar tidak disengaja. Sebanyak 97,3 persen terjadi di rumah, dan pada 97 persen kasus, anak dilaporkan menelan substansi tersebut," kata Smith, dilansir dari laman Indian Express.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement