Jumat 28 Jul 2017 09:05 WIB

Bisakah Keringat Menularkan Penyakit?

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Beraktivitas di ruang publik membuat seseorang mudah terpapar penyakit dari orang lain.
Foto: Republika/Darmawan
Beraktivitas di ruang publik membuat seseorang mudah terpapar penyakit dari orang lain.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Udara panas Indonesia membuat masyarakatnya mudah untuk berkeringat, terlebih lagi di tempat-tempat pusat aktivitas. Keringat membanjiri tubuh dan sering kali menetes dan menempel pada benda-benda lainnya.

Saling tertempel keringat orang lain tidak akan menjadi hal yang aneh lagi jika memang pusat aktivitas banyak dilakukan di luar ruangan. Kegiatan itu semakin sering saat menggunakan kendaraan umum.

Mungkin keringat hanya terdengar sedikit menjijikkan, namun sebenarnya ada infeksi yang bisa terbagi melalui media tersebut. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) misalnya, atau kondisi penyebab infeksi yang sulit diobati pada bagian tubuh dan bisa tersebar melalui kontak langsung termasuk keringat.

Biasanya, MRSA terjadi pada kondisi tersebut tubuh tidak tahan pada antibiotik yang tersedia. Hal ini dapat menyebabkan luka dan bisul pada kulit dan dapat menyebabkan infeksi di aliran darah, paru-paru,atau saluran kemih.

Di samping MRSA, impertigo atau infeksi kulit yang sangat menular yang bisa menyebar melalui kontak fisik juga mudah ditularkan melalui keringat yang menempel pada kulit infeksi. Kondisi tersebut sangat umum terjadi pada anak-anak dan bisa menyebabkan plak, lecet, hingga bercak merah pada kulit. Kondisi tersebut juga dapat disebabkan oleh Staphylococcus aureus.

Selain itu, Hepatitis B pun dapat ditularkan melalui keringat saat berolahraga. Memang argumen itu masih diperdebatkan, namun penelitian yang dipublikasikan di British Journal of Sports Medicine melakukan penelitian.

Dalam penelitian itu menyatakan jika HBVditularkan melalui luka yang terbuka dan selaput lendir, hanya saja dalam studi pada pegulat Olimpiade menunjukkan jika 11 persen partisipan memiliki komponen virus dalam keringat. Virus tersebut memiliki kadar yang sama dalam darah.

Penyebaran infeksi lain yang masih mendapatkan pertentangan merupakan herpes. Keringat dinyatakan sebagai sarana transmisi tidak langsung yang bisa mentransfer herpes. Namun penelitian menunjukkan jika mesti ada kontak dan gesekan yang berkelanjutan untuk bisa menularkan HSV-1 dan HSV-2, dikutip dari Times of India, Jumat (28/7).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement