Jumat 21 Jul 2017 14:24 WIB

6 Fakta di Balik Mitos Menyesatkan Buah dan Sayur

Rep: ADYSHA RAMADHANI/ Red: Indira Rezkisari
Bila lapar tengah malam melanda pilih buah dan sayur sebagai pengganjal perut.
Foto: Republika/Prayogi
Bila lapar tengah malam melanda pilih buah dan sayur sebagai pengganjal perut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan adanya peningkatan tren penyakit tidak menular seperti hipertensi, stroke hingga obesitas sentral di tengah masyarakat. Umumnya, penyakit-penyakit tidak menular ini dipicu oleh pola hidup yang tidak sehat.

Salah satu cara mencegah penyakit tidak menular ialah mengonsumsi buah dan sayur dalam jumlah cukup dan beragam. Sayangnya, beberapa orang mungkin enggan mengonsumsi beberapa jenis buah atau sayuran tertentu karena mitos yang salah.

"Menurut Riskesdas 2013, 93 persen masyarakat kurang mengonsumsi buah dan sayur," terang Direktur Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM) Kemenkes RI Lily Sriwahyuni Sulistyowati dalam peringatan Hari Buah Sedunia di RPTRA Teratai, Jakarta.

Dalam presentasi, disebutkan setidaknya ada enam mitos yang salah terkait buah dan sayur. Berikut ini ialah keenam mitos dan fakta dari buah dan sayur tersebut.

Mentimun

Mitos mengatakan bahwa konsumsi menitmun dapat memicu terjadinya keputihan. Faktanya, mentimun tidak memiliki kandungan yang dapat menyebabkan terjadinya keputihan.

Keputihan umumnya dipicu oleh kondisi vagina yang lembap dan kebiasaan buruk malas mengganti celana dalam. Kedua kondisi ini dapat mendorong pertumbuhan bakteri yang kemudian menyebabkan keputihan berbau. Sedangkan keputihan yang tidak berbau biasanya dipicu oleh stres.

Salak

Menurut mitos, konsumsi salak dapat membuat feses menjadi keras dan menyebabkan sembelit. Mitos ini terbukti salah karena salak tidak menyebabkan feses mengeras. Sebaliknya, semua jenis buah dan sayur, termasuk salak, berfungsi untuk memperlancar buang air besar.

Jambu Biji

Beberapa orang enggan mengonsumsi jambu biji karena takut akan mengalami usus buntu akibat biji dari jambu biji. Penyebab usus buntu adalah infeksi pada usus besar yang disebabkan oleh bakteri pantogen, bukan biji jambu biji. Biji jambu biji yang masuk ke dalam tubuh akan dikeluarkan saat buang air besar.

Sebaliknya, jambu biji merupakan salah satu jenis buah yang direkomendasikan oleh dokter spesialis gizi klinik Fiastuti Witjaksono. Fiastuti mengatakan jambu biji merupakan buah lokal dengan kandungan serat dan vitamin C yang tinggi. Kandungan vitamin C pada jambu biji bahkan bisa mengungguli buah lain yang diimpor dari luar negeri.

"Jambu biji kenapa bagus, karena vitamin C-nya tinggi sehingga bisa membuat imunitas (tubuh) meningkat," kata Fiastuti.

Nanas

Nanas kerap menjadi 'mimpi buruk' bagi wanita hamil. Alasannya, mitos mengatakan bahwa nanas dapat meningkatkan risiko keguguran pada wanita hamil.

Hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang membuktikan bahwa nanas dapat menyebabkan keguguran. Sebaliknya nanas mengandung enzim bromelain yang dapat mencerna protein dalam makanan agar lebih mudah terserap tubuh. Dengan begitu, ototmatis janin juga dapat berkembang lebih maksimal karena mnedapatkan asupan makanan dengan baik.

Di samping itu, konsumsi nanas juga diketahui memberi dampak positif bagi kesehatan. Salah satunya mengurangi risiko kolesterol dalam darah, diabetes dan penyakit jantung.

Melinjo, Bayam dan Daun Singkong

Melinjo, bayam dan daun singkong dikatakan dapat menyebabkan asam urat. Sebenarnya, yang dapat memicu terjadinya asam urat adalah zat purin yang umumnya banyak terdapat pada jeroan seperti usus, ati ampela dan babat. Sedangkan semua jenis sayuran justru sangat baik bagi tubuh karena mengandung banyak mikronutrien dan serat yang mampu melancarkan pencernaan.

Bawang Merah

Tak jarang orang beranggapan bahwa mengonsumsi bawang merah dalam keadaan mentah maupun makanan yang mengandung bawang dapat memicu bau badan. Sebenarnya, konsumsi bawang hanya menyebabkan suhu tubuh meningkat sehingga keringat lebih banyak keluar.

Bau badan sebenarnya muncul jika keringat yang keluar ini bercampur dengan bakteri pada tubuh. Bakteri-bakteri ini mudah tumbuh pada daerah lipatan seperti ketiak. Oleh karena itu, untuk mencegah bau badan bukan dengan menghindari konsumsi bawang melainkan dengan menjaga kebersihan tubuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement