Senin 29 May 2017 16:20 WIB

Kenali Gangguan Tiroid

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pemeriksaan kalenjar tiroid (ilustrasi)
Foto: milliyet.com.tr
Pemeriksaan kalenjar tiroid (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gangguan tiroid bisa menyerang siapa saja tanpa pandang bulu. Penyakit ini juga kerap timbul tanpa gejala namun bukan berarti tidak bisa dideteksi.

Mengenal lebih dekat gangguan tersebut berpotensi mengurangi jumlah penderita gangguan tiroid. Terlebih, penanganan gangguan tiroid sebenarnya mudah dan murah untuk dilakukan asal terdeteksi lebih awal.

Tiroid merupakan kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terletak pada bagian depan dari leher. Tiroid mengeluarkan hormon untuk mengatur metabolisme, pertumbuhan, suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, berat badan dan fungsi tubuh lainnya.

Dokter EM Yunir dari Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) mengatakan, terdapat dua jenis gangguan tiroid, yakni Hipotiroid dan Hipertiroid. Keduanya memiliki penyebab dan gejala yang berbeda.

Hipotiroid muncul lantaran kekurangan hormon tiroid. Gangguan ini disebabkan oleh banyak hal semisal penyakit autoimun, kerusakan kelenjar tiroid, yodium yang terlalu banyak atau sedikit serta pengobatan dengan radiasi.

Gangguan kelenjar tiroid secara fisik dapat dilihat dari nadi yang menurun, bengkak pada muda dan kaki, peningkatan berat badan, pembesaran kelenjar tiroid dan gangguan menstruasi pada wanita.

Penderita kerap menunjukan gejala lemah, lelah dan mudah kantuk, kurang konsentrasi, sulit buang air besar, gangguan pengelihatan, kurang tenaga, tidak tahan dingin, nyeri sendi, kesemutan dan suara serak.

Sementara, hipertiroid merupakan gangguan akibat kelebihan hormon tiroid. Hal ini terjadi ketika kelenjar tiroid melepaskan terlalu banyak hormon dalam aliran darah sehingga mempercepat metabolisme tubuh.

Gangguan ini cenderung terjadi karena faktor keturunan keluarga dan kerap terjadi menyerang perempuan di usia muda. Penderita perempuan cenderung 10 kali lebih banyak dan umum terjadi pada kelompok usia 20-40 tahun.

Hipertiroid, secara fisik terlihat dari mata melotot, nadi cepat, keringat berlebihan, gemetar, pembesaran kelenjar tiroid dan gangguan menstruasi.

Sedangkan gejala yang terlihat adalah mudah marah, sulit tidur dan konsentrasi, tidak tahan panas, berdebar, banyak makan tapi berat tidak bertambah dan penurunan berat badan yang drastis.

Gangguan fungsi tiroid ini sulit diidentifikasi karena gejalanya tidak spesifik. Gagguan tiroid sangat mirip dengan keluhan akibat gaya hidup modern yang tidak sehat dan sering diabaikan.

"Akibatnya pasien sering kali tidak menyadari ada masalah pada dirinya dan tidak memeriksakan diri ke dokter," kata Yunir.

Dia mengatakan, pemeriksaan ke dokter diperlukan untuk memastikan sekaligus mencegah perkembangan penyakit tersebut. Dia mengatakan, hal itu lantaran gejala penyakit tiroid hampir sama dengan penyakit lainnya.

Yunir mengatakan, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan skrining tiroid. Kegiatan ini bisa dilakukan di beberapa rumah sakit.

Namun, dia mengatakan, tahap akhir yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan darah di labolatorium. Itu juga dilakukan untuk menentukan pasien menderita hipotiroid atau hipertiroid.

"Nah skrining tiroid sebenarnya bagus untuk kelompok yang beresiko seperti keturunan keluarganya atau seseorang yang hidup di daerah yang pernah terjadi radiasi," katanya.

Yunir mengatakan, tirod yang tidak segera diatasi dalam jangka panjang dapat mengancam nyawa. Penurunan metabolisme bagi penderita hipertiroid dalam waktu tahunan dapat mengantarkan pasien hingga kondisi koma.

Sementara, bagi penderita hipertiroid dalam waktu yang lama bisa mengancam kesehatan jantung. Ini diakibatkan metabolisme tinggi disertai penurunan berat badan yang berlebih.

Yunir mengatakan, pada suatu fase tertentu elektrolit dalam urin akan menurun dan saking rendah, pasien sampai tidak bisa ngangkat kaki layaknya terserang stroke. Dia melanjutkan, sangat penting bagi masyarakat unutk mengenal dan memahami ganguan tiroid terutama gejalanya.

 "Sehingga dapat segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosa dan pengobatan yang tepat sejak dini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement