Senin 29 May 2017 14:05 WIB

Demensia tak Sama dengan Pikun Biasa

Rep: RR Laeny Sulistyawati/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi Demensia
Foto: pixabay
Ilustrasi Demensia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Meski gejalanya hampir sama, demensia tidaklah sama dengan pikun biasa.  Hal itu ditegaskan Ketua Umum PB Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (Pergemi) Prof Siti Setiati dalam rangka hari peringatan lanjut usia nasional (HLUN) 2017, di Jakarta, Senin (29/5).

 

"Demensia adalah suatu kondisi penurunan proses mengingat dan berpikir yang cukup berat dan progresif yang semakin lama semakin parah sehingga mengganggu kehidupan sehari-harinya," kata Siti saat temu media.  

Ia menjelaskan, demensia disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak sehingga sel-sel tersebut tidak mampu berkomunikasi satu sama lain. Akibatnya, proses berpikir, perilaku, dan perasaan yang terjadi di otak mengalami gangguan. "Demensia yang paling sering yaitu alzheimer;" ujarnya.

Ia menambahkan, untuk mencegah demensia di antaranya berhenti merokok, konsumsi vitamin B dan D, cegah cedera kepala, batasi konsumsi alkohol, kendalikan penyakit metabolik seperti diabetes mellitus, HT, obesitas, kolestrol tinggi, hingga tingkatkan interaksi sosial.

Selain itu aktivitas fisik juga penting seperti aerobik dan kekuatan otot yang bisa dilakukan tiga kali dalam satu pekan minimal 30 menit per hari.

"Pencegahan demensia juga dengan senam otak seperti scrapbooks, berlatih kemampuan baru, mengisi teka-teki silang, main catur hingga sudoku," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement