Selasa 23 May 2017 08:19 WIB

Saat Berbohong, Otak Sebenarnya Menderita

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Berbohong ternyata konsekuensi ke kesehatan mental atau otak.
Foto: Flickr
Berbohong ternyata konsekuensi ke kesehatan mental atau otak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda pasti tahu kisah Pinokio. Boneka kayu yang berubah menjadi seorang anak, yang hidungnya bertambah panjang apabila dia berbohong. Nah kisah itu bisa menjadi bahan pertimbangan kita untuk tidak berbohong.

Kita semua tahu kita seharusnya tidak berbohong, namun sepertinya kita tetap melakukannya. Bisa jadi sebenarnya Anda mungkin telah berbohong hari ini. Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang mengatakan 1 sampai 2 kebohongan setiap hari.

Saat berbohong Anda selalu membuat alasan untuk kebohongan itu. Bisa jadi Anda berbohong demi alasan kebaikan. Tidak ingin menyakiti hati orang lain atau tidak ingin mendapatkan masalah.

Tapi tahukah Anda berbohong ternyata bisa mempengaruhi otak dan tubuh Anda. Saat Anda berbohong, otak Anda kewalahan. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai efek kesehatan dari berbohong. Hal itu bisa merugikan kesehatan Anda.

Menurut Arthur Markman, Ph.D., yang kedua yang berbaring meninggalkan bibir Anda, tubuh Anda melepaskan kortisol ke dalam otak Anda. Beberapa menit kemudian dan ingatan Anda berlanjut mencoba untuk mengingat kebohongan dan kebenaran. Pengambilan keputusan menjadi lebih sulit dan Anda bahkan bisa memproyeksikan ketidaknyamanan Anda sebagai kemarahan. Ini semua dalam 10 menit pertama, dikutip dari Lifehack.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement