Sabtu 25 Mar 2017 13:46 WIB

Kemenkes Uji Coba Obat Tuberkulosis Baru Juli Ini

Rep: Rr Laeny Sulistywati/ Red: Indira Rezkisari
Tuberkulosis
Foto: Reuters
Tuberkulosis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia mengatakan akan melakukan uji coba obat untuk penyakit tuberkulosis (TB) untuk MDR atau multi drug resistant pada Juli 2017.

Kepala sub direktorat tuberkulosis (TB) Kemenkes Asik mengatakan, obat baru ini hanya untuk MDR. Jika pengobatan untuk TB MDR biasa bisa mencapai dua tahun hingga sembuh, obat baru ini hanya membutuhkan waktu sembilan bulan. Diakuinya uji coba obat ini sekaligus penerapan.

"Karena sudah terbukti di luar negeri. Di beberapa negara sudah menerapkan, seperti di Afrika sudah memulai dan sukses," kata Asik kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Dia menyebutkan, uji coba Juli sekaligus penerapan di beberapa Rumah Sakit (RS) seperti RS dr Soetomo, Surabaya, RS Persahabatan, Jakarta, RS Hasan Sadikin, Bandung. Ia menyebutkan bahkan Kemenkes sudah menganggarkan dana untuk obat ini pada 2018.

Selain ke rumah sakit, uji coba diarahkan juga ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Diakuinya banyak pengobatan TB untuk pasien terhenti di tengah jalan karena jauh, bahkan si pasien terpaksa harus menyewa rumah dekat RS untuk memudahkan berbobat. Sehingga, pengobatan baru TB MDR ini nantinya menjadi lebih dekat untuk pasiennya.

"Hanya untuk memulai ini kan tidak hanya memindahkan obat ke Indonesia. Ini tergatung kondisi sistem, belum tentu berhasil disini krn disini ada desentralisasi (wilayah)," ujarnya.

Karena itu, kata dia, dibutuhkan birokrasi, sistem, pemberdayaan masyarakat, hingga komitmen untuk menyukseskan program. Pihaknya lebih optimistis dengan program ini karena jangka waktu pengobatan lebih pendek dibandingkan obat biasa. Meski demikian, ia menegaskan obat ini tidak seluruhnya menggantikan obat TB MDR lama atau hanya 80 persen dan selebihnya obat untuk TB MDR lama karena maih ada faktor indikasi, seperti resistensi terhadap obat.

"Satu tahun kita evaluasi obatnya dan sistemnya," katanya.

Sementara itu Direktorat Jenderal Pencgahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Mohamad Subuh mengatakan, uji coba obat baru untuk TB MDR ini akan dilakukan terhadap 100 pasien. Ia mengakui, pengobatan ini lebih efisien dan tidak menggunakan suntik.

Namun, pengobatan metode ini lebih mahal. Subuh menyebut harga obat baru ini bisa mencapai 1,5 kali lipat dari obat untuk TB MDR biasa yang mencapai Rp 120 juta. Pasien tapi tak akan dipungut biaya berobat karena ini program Kemenkes mengeliminasi TB pada 2035.

Apalagi, TB merupakan penyakit menular paling mematikan di Indonesia. Ia menyebutkan, Kemenkes sudah menyiapkan anggaran untuk obat TB sebesar Rp 300 miliar per tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement