Senin 06 Mar 2017 11:04 WIB

Stres Bisa Picu Serangan Jantung, Ini Penjelasannya

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Stres
Foto: ist
Stres

REPUBLIKA.CO.ID, Stres berkepanjangan bisa menimbulkan sederet masalah kesehatan yang membahayakan. Salah satu dampaknya adalah potensi serangan jantung, seperti diulas dalam studi terkini oleh para peneliti dari Harvard Medical School, Boston, Amerika Serikat.

Dilansir dari laman Maturetimes, temuan tersebut menguak kaitan langsung antara tingkat stres dan penyakit jantung. Pasien dengan aktivitas tinggi di amigdala, daerah otak yang terlibat dalam stres, terbukti berisiko lebih besar terkena penyakit jantung dan stroke.

Hasil penelitian yang telah terbit dalam jurnal medis internasional Lancet itu mengungkap faktor risiko baru penyakit jantung koroner selain merokok, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Meski penelitian lebih lanjut tetap diperlukan, studi ini menjadi titik awal dalam menemukan cara baru pengobatan jantung yang berhubungan dengan stres dan gangguan peredaran darah.

Sebelum ini, studi oleh peneliti lain terhadap binatang memang telah mengidentifikasi hubungan antara stres dan aktivitas tinggi di sumsum tulang belakang dan arteri. Namun, belum ada bukti kondisi sama pada manusia, yang sekarang sudah diteliti oleh para pakar Harvard.

Studi lain juga menunjukkan bahwa amigdala lebih aktif pada orang dengan gangguan stres pasca-trauma (PTSD), penderita kecemasan, dan depresi. Akan tetapi, belum ada penelitian yang mengaitkan daerah otak terkait stres itu dengan risiko serangan jantung dan stroke.

Emily Reeve, perawat kardiovaskuler senior dari Yayasan Jantung Inggris berpendapat, hasil studi tersebut penting untuk antisipasi lebih jauh pencegahan serangan jantung. Ia mengatakan, selama ini penanganan pasien jantung cenderung difokuskan pada perubahan gaya hidup seperti mengurangi merokok, pengendalian porsi makan, atau berhenti minum minuman beralkohol.

"Temuan ini bisa mengarah pada pengembangan cara baru mengatasi stres psikologis tingkat kronis, memastikan pasien dengan risiko tinggi serangan jantung menjalani pemeriksaan berkala dan mengelola stres dengan efektif," ujar Reeve.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement