Selasa 17 Jan 2017 08:02 WIB

Tergoda Flexible Diet? Ini Saran Ahli Gizi

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Pelaku diet
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pelaku diet

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren diet atau pola makan kerap berubah seiring dengan berjalannya waktu. Saat ini, flexible diet merupakan salah satu pola makan yang mulai mencuri perhatian banyak kalangan.

Seperti namanya, flexible diet tidak memiliki aturan ketat terkait jenis makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi. Pelaku diet bahkan diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan yang umumnya dihindari saat seseorang sedang berdiet. Hanya saja, pola makan yang bebas ini juga harus diiringi dengan olahraga yang teratur.

"Tetap olahraga, tapi masih konsumsi gorengan, junk food dan makanan manis, tapi tidak kita sarankan," ujar ahli gizi sekaligus konsultan nutrisi Jansen Ongko saat ditemui dalam diskusi kesehatan Forum Ngobras di Nutrifood Center Menteng, Senin (16/1).

Dalam upaya menurunkan berat badan, Jansen mengatakan olahraga yang teratur dan penerapan pola makan sehat merupakan kunci yang penting. Konsumsi makanan seperti junk food sudah sepatutnya dibatasi karena konsumsi makanan cepat saji yang terlalu sering dapat menimbulkan adiksi.

"Semakin sering konsumsi junk food semakin susah kita lepas dari makanan itu," tambah Jansen.

Dalam upaya menjaga kesehatan maupu menurunkan berat badan, Jansen menyarankan agar konsumsi buah dan sayur diperbanyak. Di samping itu, konsumsi gula, garam dan lemak juga harus dibatasi dan tidak melebihi batas konsumsi harian gula, garam dan lemak. Hal lain yang tak kalah penting ialah memastikan bahwa tubuh mendapatkan asupan cairan yang cukup dan terhidrasi dengan baik.

Saat dalam proses menurunkan berat badan, Jansen juga menyarankan agar pelaku diet tidak tergoda produk-produk yang menjamin penurunan berat badan dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat. Penurunan berat badan yang drastis dengan menggunakan produk tersebut mungkin saja terjadi, akan tetapi Jansen menjamin dalam waktu dekat akan terjadi efek rebounding.

"Sebulan turun 10 kg, naiknya 15 kg," jelas Jansen.

Oleh karena itu, selain pengaturan pola makan sehat, olahraga juga harus dilakukan untuk membakar lemak-lemak berlebih yang tersimpan di dalam tubuh. Alasannya, tubuh gemuk bukan hanya dilatarbelakangi oleh makan berlebih saja tetapi juga kurangnya aktivitas fisik.

"Penurunan berat badan yang sehat itu 3-5 persen dari berat badan per bulan," kata Jansen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement