Ahad 15 Jan 2017 07:24 WIB

Bekerja Sebelum Jam 10 Pagi, Bentuk Penyiksaan Modern

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Winda Destiana Putri
Wanita bekerja
Foto: Pexels
Wanita bekerja

REPUBLIKA.CO.ID, Sebagian besar karyawan di berbagai bidang pekerjaan dan profesi mulai bekerja sebelum pukul 10 pagi. Itu dianggap sebagai sesuatu yang lazim, namun peneliti terkemuka dari Oxford University, Paul Kelley, menyebutnya sebagai bentuk penyiksaan modern.

Kelley tidak sembarangan mengemukakan pendapat itu, tetapi menganalisisnya dari aspek ilmiah. Ia menyebutkan, mulai bekerja sebelum pukul 10 pagi berpotensi mengganggu ritme sirkadian tubuh sehingga aspek kesehatan menjadi tak seimbang.

Ia menjelaskan, tubuh memiliki jam biologis alami yang dikenal sebagai ritme sirkadian guna mengatur aktivitas otak, tingkat energi, produksi hormon, dan persepsi waktu. Bekerja sebelum pukul 10 pagi disebut Kelley menggeser siklus genetik itu sekira dua atau tiga jam.

Berbicara di Festival Sains Inggris, Kelley membeberkan sejarah delapan jam kerja yang diperkenalkan pada awal abad 20. Tuntutan kerja itu dirancang untuk maksimalisasi 24 jam produktivitas pabrik tanpa memperhitungkan jam tubuh alami manusia. "Kita memiliki masyarakat yang kurang tidur dan ini adalah masalah internasional. Semua orang menderita padahal mereka tidak perlu mengalaminya," ujarnya.

Perusahaan yang menetapkan karyawan untuk mulai bekerja sebelum pukul 10 pagi disebut Kelley berkontribusi terhadap stres emosional dan fisik yang kemungkinan melanda. Pola kerja yang tidak sehat juga berpotensi memunculkan risiko kesehatan jangka panjang yang merugikan.

Ia menganjurkan perbaikan jam kerja agar pekerja tidak serupa zombie yang bekerja pada jam mereka seharusnya tidur atau melakukan hal lain. Alih-alih kelelahan, orang-orang yang pola kerjanya lebih sehat disebut akan semakin terfokus, produktif, dan bahagia, dilansir laman Livetheorganicdream.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement