Kamis 01 Dec 2016 15:30 WIB

Perokok Muda Hadapi Risiko Serangan Jantung Lebih Besar

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Kampanye larangan merokok di Korea Selatan.
Foto: AP
Kampanye larangan merokok di Korea Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, Kebiasaan merokok sudah 'terkenal' dengan dampak negatifnya bagi kesehatan. Salah satunya ialah risiko serangan jantung berat yang menghantui para perokok.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Ever Grech dari The South Yorkshire Cardiothoracic Centre mengungkapkan bahwa risiko serangan jantung berat pada perokok di bawah usia 50 tahun mencapai delapan kali lebih besar dibanding non perokok berusia sama. Sedangkan pada perokok berusia 50-65 risiko serangan jantung berat ini diketahui lima kali lebih besar dibandingkan non perokok berusia sama.

"Dan tiga kali lipat lebih besar pada perokok berusia lebih dari 65 tahun," jelas tim peneliti seperti dilansir The Malay Mail Online.

Risiko yang semakin besar di usia yang lebih muda ini cukup mengejutkan. Alasannya, kelompok usia muda umumnya tidak memiliki banyak masalah kesehatan yang mungkin meningkatkan risiko gagal jantung. Oleh karena itu, tim peneliti meyakini bahwa kebiasaan merokok yang menjadi faktor risiko paling berbahaya dalam penyakit jantung.

Sebelumnya, tim peneliti melihat bahwa semua perokok memiliki risiko yang lebih besar terhadap serangan jantung dibandingkan non perokok. Akan tetapi, tim peneliti belum mengetahui lebih jelas terkait peranan usia perokok terhadap risiko tersebut.

Oleh karena itu, tim peneliti melakukan analisa terhadap 1.727 pasien yang sedang menjalani terapi untuk serangan jantung STEMI. Serangan jantung STEMI yang dialami pasien ini diketahui terjadi akibat kematian otot jantung.

Analisa terhadap data-data pasien ini dilakukan pada 2009 hingga 2012. Hampir setengah dari pasien yang terlibat dalam penelitian ini masih menjadi perokok saat menjalani terapi. Sedangkan sebagian lainnya terdiri dari mantan perokok dan non perokok.

Tim peneliti mengatakan, rata-rata pasien perokok mengalami serangan jantung 10 tahun lebih cepat dibandingkan mantan perokok atau non perokok. Hal ini dapat dilihat melalui data bahwa 75 persen dari serangan jantung STEMI dialami oleh perokok di bawah usia 50 tahun.

Dari temuan tersebut, tim peneliti mengetahui bahwa risiko serangan jantung pada perokok berusia lebih muda menjadi lebih besar. Sedangkan secara umum, tim peneliti mengatakan perokok memiliki risiko tiga kali lebih besar mengalami serangan jantung STEMI dibandingkan mantan perokok atau non perokok.

Tim peneliti menilai hasil penelitian ini seharusnya dapat menyadarkan para perokok berusia muda untuk mulai mengurangi dan berhenti dari kebiasaan merokok. Tim peneliti bahkan menilai upaya untuk berhenti merokok pada usia muda ini sangat dibutuhkan para generasi muda.

"(Jika berhenti belum memungkinkan) Mengurangi jumlah rokok yang dihisap per hari bisa membuat perbedaan," ujar salah satu ahli jantung dari Tel Aviv Medical Center, Yaron Arbel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement