Senin 29 Aug 2016 07:38 WIB

Duh, Terjebak Kemacetan Tingkatkan Risiko Kanker

Rep: Gita Amanda/ Red: Indira Rezkisari
Kemacetan lalu lintas.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Kemacetan lalu lintas.

REPUBLIKA.CO.ID, Menghabiskan waktu berjam-jam terjebak dalam kemacetan panjang dapat meningkatkan berbagai risiko kesehatan termasuk kanker. Ini semua dikarenakan paparan asap beracun yang dihirup saat macet.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), paparan polusi udara di luar ruangan berada di antara 10 risiko kesehatan yang dihadapi oleh manusia. Terutama di wilayah perkotaan.

Pada 2013, WHO mengklasifikasikan populasi udara luar ruangan sebagai karsinogenik pada manusia. Karsinogenik merupakan sifat mengendap dan merusak terutama pada organ paru-paru karena zat-zat yang terdapat seperti pada rokok, sehingga paru-paru menjadi berlubang dan dapat menyebabkan kanker.

Dilansir Indian Express, menurut penelitian para ahli salah satunya berasal dari India, menunjukkan bahwa saat kendaraan berhenti di lampu merah kendaraan yang dikemudikan bisa melambat atau dipercepat. Ini membuat adanya siklus emisi asap beracun terakumulasi di area dekat perhentian lampu lalu lintas.

Dengan demikian menurut peneliti, orang-orang yang duduk di dalam mobil saat berhenti atau macet berisiko terpapar polutan. Terlebih jika kendaraan berhenti dengan jendela tertutup namun menyalakan kipas mobil, maka udara dari luar dapat masuk ke dalam dan meningkatkan risiko paparan tersebut.

"Mengisap udara kotor dari luar ke dalam mengakibatkan akumulasi polutan di dalam mobil," kata peneliti.

(baca: Obesitas Tingkatkan Risiko Terkena 8 Jenis Kanker)

Namun mungkin akan lebih aman, jika kipas mobil diatur untuk mengeluarkan udara di dalam mobil ke luar tanpa menarik udara tercemar di luar ke dalam. Peneliti Prashant Kumar dari University of Surrey mengatakan, salah satu cara terbaik membatasi paparan polutan yakni menjaga kaca jendela tetap tertutup serta menjaga jarak dengan kendaraan di depan saat macet atau lampu merah.

"Jika perlu menggunakan kipas maupun pemanas mobil, buat pengaturan terbaik dengan membuat sirkulasi di dalam mobil tanpa menarik udara dari luar," kata Kumar.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan, bahwa pengemudi yang terjebak di lampu lalu lintas dapat terkena hingga 29 kali partikel polisi. Mereka lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan dibandingkan pengemudi yang berkendara di jalur lancar.

Penelitian baru yang dipublikasikan dalam jurnal  Environmental Science: Processes and Impacts,  menemukan pejalan kaki juga berisiko terkena paparan polusi udara tinggi di sekitar area lampu lalu lintas. Sebab di daerah tersebut banyak kendaraan yang berhenti hingga membuat konsentrasi emisi asap beracun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement