Kamis 25 Aug 2016 13:54 WIB

Peran Makanan dalam Menjadikan Anak Obesitas

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andi Nur Aminah
Obesitas anak
Obesitas anak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua memegang peran besar membuat anaknya obesitas. Selain aktivitas fisik yang dibatasi, atau tidak diberi fasilitas mereka bergerak, orang tua juga berperan besar dalam menciptakan pola kebiasaan makan anak.    

Menurut psikolog anak dan keluarga Naomi Soetikno anak adalah peniru ulung. Ia meniru orangtua terlebih dahulu sebelum meniru lingkungan. Dalam hal pola makan, apa yang dimakan orangtua juga akan dimakan oleh anak. Bahkan masalah makan pada anak, juga dipengaruhi orangtua.

Naomi menyontohkan, karena alasan menghindari anak rewel, orang tua akan membiarkan anak makan apa pun yang disukai, kapan pun anak suka. Atau, anak menolak makan sayur, dan hanya mau makan roti dan permen saja. Semuanya dituruti orang tua. Orang tua menurut dia kerap mengabaikan kandungan gizi dari apa yang dimakan anak sehari-hari.

Padahal, makanan adalah sumber energi utama. "Makanan tinggi kalori seperti gula dan lemak, tanpa disertai aktivitas fisik menjadi penyebab utama kegemukan anak," jelasnya dalam Forum Ngobras dengan Tema 'Cegah Obesitas Anak dengan Main di Luar' belum lama ini.

Hal ini diperparah oleh kebiasaan anak bergaya hidup diam (sendentary life). Kebiasaan seperti ini dimana anak banyak menghabiskan waktu di depan televisi, komputer, atau bermain gadget.

Pola makan sehat dimulai dari inisiatif orangtua dengan membiasakan makan tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat jenis. Selain itu, orangtua harus menciptakan suasana makan yang menyenangkan.

Tetapi menurut Naomi, harus diingat bahwa saat makan jangan jadi sarana penghakiman untuk anak. Terkadang, orangtua mengkritik anak justru saat makan, bahkan cara anak makan kadang menjadi sasaran kritik. Pada akhirnya, anak menjadi lebih memilih makan sendirian.

Dia menyarankan para orang tua agar makan bersama di meja makan menjadi ajang komunikasi yang menyenangkan. Setelah pola makan dibentuk, barulah kenalkan anak dengan aktivitas fisik yang cukup.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement