Selasa 23 Aug 2016 07:38 WIB

Kesuburan Jadi Cermin Kesehatan Pria

Rep: Aprilia Safitri Ramdhani/ Red: Indira Rezkisari
Sebanyak 50 persen penyebab dari infertilitas terjadi pada pria. Gangguan infertilitas pada pria memang merupakan proses yang sangat kompleks, penyebabnya pun beragam.
Foto: EPA
Sebanyak 50 persen penyebab dari infertilitas terjadi pada pria. Gangguan infertilitas pada pria memang merupakan proses yang sangat kompleks, penyebabnya pun beragam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah gangguan kesuburuan atau infertilitas bisa terjadi pada siapa saja, termasuk pria maupun wanita. Akan tetapi, seringkali pasangan yang tak kunjung memiliki keturunan dengan usia pernikahan lebih dari lima tahun cenderung menuding wanitalah sebagai penyebab gangguan kesuburan tersebut.

Faktanya, 50 persen penyebab dari infertilitas terjadi pada pria. Gangguan infertilitas pada pria memang merupakan proses yang sangat kompleks, penyebabnya pun beragam mulai dari gangguan pada cairan sperma, gangguan hormonal, biji kemaluan yang tidak turun ke kantung kemaluan, infeksi saluran kemih, sumbatan pada saluran sperma, faktor imunologi hingga gangguan verikokel atau pelebaran pembuluh darah vena di testikel.

Secara garis besar, spesialis urologi dari RSU Bunda Jakarta, Dr. Sigit Solichin, SpU mengungkapkan kesuburan dapat mencerminkan status kesehatan seseorang. Kesuburan juga merupakan kemampuan alami manusia untuk melakukan proses reproduksi.

"Diperkirakan 15 persen pasangan di dunia ini masih banyak yang infertil. Artinya mereka tidak dapat memiliki keturunan secara alamiah, meskipun sudah rutin berhubungan seksual tanpa pengaman dalam waktu satu tahun lebih. Tapi tidak banyak yang tahu bahwa infertilitas ini 50 persen disebabkan oleh pria," kata Sigit dalam acara media talk di RSU Bunda Jakarta.

Penting untuk diketahui, agar dapat terjadi kehamilan pada pasangan maka hal yang harus diperhatikan adalah jumlah sperma yang dihasilkan harus sehat dan cukup. Untuk menghasilkan jumlah sperma yang sehat dan cukup, maka prosesnya diawali sejak masa pubertas pada masa pertumbuhan organ reproduksi pria.

Setidaknya, salah satu dari dua biji kemaluan atau testikel harus berfungsi normal. Tentunya dengan disertai produksi testosteron dan hormon-hormon lain yang berperan dalam menstimulasi produksi sperma.

"Tak hanya itu saja, sperma juga harus terbawa melalui cairan semen agar dapat berenang ke dalam indung telur. Sehingga dapat terjadi proses pembuahan yang baik. Saat sperma diproduksi di dalam testikel, maka sperma tersebut akan dikeluarkan saat ejakulasi dari ujung penis. Nah, jumlah cairan spermanya ini harus cukup supaya peluang terjadinya pembuahan semakin tinggi," tambah dia.

Jumlah sperma yang kurang dari 15 juta per milimeter semen atau jumlah total sperma kurang dari 39 juta per ejakulasi, tetap dianggap cukup rendah. Untuk mengukur kadar jumlah sperma ini memang harus dilakukan oleh pemeriksaan dokter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement