Kamis 28 Jul 2016 09:19 WIB

Dunia Bisa Merugi Akibat Manusia Kurang Olahraga, Mengapa?

Rep: Adysha Citra R/ Red: Andi Nur Aminah
Berolahraga ringan seperti, jogging atau naik turun tangga sangatlah baik guna melindungi kesehatan jantung.
Foto: Republika/Prayogi
Berolahraga ringan seperti, jogging atau naik turun tangga sangatlah baik guna melindungi kesehatan jantung.

REPUBLIKA.CO.ID, Kurangnya olahraga akibat meningkatnya gaya hidup tidak aktif yang dianut masyarakat ternyata menyebabkan kerugian besar bagi dunia. Jika dikalkulasikan, kerugian perekonomian global akibat masyarakat 'malas' bergerak ini mencapai 67,5 miliar dolar atau sekitar Rp 885 triliun. Angka ini diperoleh dengan diakumulasikan dari biaya kesehatan dan hilangnya produktivitas bekerja.

'Kerugian' ini diungkapkan oleh tim peneliti yang diketuai oleh Melody Ding dari University of Sidney. Dengan melakukan empat seri penelitian dan melibatkan satu juta peserta penelitian, tim peneliti mengestimasikan besaran biaya kesehatan dan kehilangan produktivitas akibat lima penyakit besar yang timbul karena kurangnya olahraga. Kelima penyakit tersebut ialah penyakit jantung, stroke, diabetes, kanker payudara dan kanker usus.

Dalam penelitian berbeda, gaya hidup tidak aktif atau kurang olahraga juga melatarbelakangi jutaan kasus kematian di dunia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Profesor Ulf Ekelund dari Norwegian School of Sports Sciences dan Cambridge University bersama tim menunjukkan bahwa gaya hidup tidak aktif menyebabkan lebih dari lima juta kasus kematian dalam satu tahun. Jumlah ini hampir menyamai jumlah kematian akibat rokok yang menurut World Health Organization (WHO) mencapai enam juta kasus per tahun.

Dua kerugian besar yang dialami oleh dunia ini ternyata bisa dicegah dengan satu hal sederhana, yaitu berolahraga satu jam per hari. Profesor Ekelund mengatakan untuk melakukan olahraga ini, masyarakat tidak perlu melakukan olahraga khusus atau pergi ke gym. Masyarakat dapat menyisihkan waktu selama satu jam per hari untuk berjalan kaki dengan kecepatan 5,6 km per jam atau bersepeda dengan kecepatan 16 km per jam.

"Itu contoh-contoh (olahraga) yang kita butuhkan," ujar Profesor Ekelund seperti dilansir Reuters.

Sayangnya, saat ini seperempat orang dewasa di seluruh dunia bahkan belum memenuhi rekomendasi olahraga dari WHO yang 'hanya' 150 menit per minggu. Padahal, Profesor Ekelund menilai rekomendasi dari WHO tersebut belum bisa membantu dunia untuk mengatasi dua kerugian besar yang ditimbulkan akibat gaya hidup tak aktif.

Sebagian besar orang dewasa justru mengabiskan lebih banyak waktu untuk duduk di kantor saat bekerja. Jika tidak diimbangi dengan bergerak aktif, sebuah penelitian yang diterbitkan pada The Lancet menunjukkan bahwa aktivitas yang tidak banyak bergerak seperti duduk dapat meningkatkan risiko kematian dini. Risiko ini akan semakin besar jika seseorang terbiasa duduk dalam waktu lama dalam sehari tanpa memiliki kebiasaan berolahraga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement