Kamis 24 Dec 2015 08:04 WIB

Melahirkan di Rumah, Kenapa tidak?

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ani Nursalikah
Ibu yang baru saja melahirkan
Foto: familyshare.com
Ibu yang baru saja melahirkan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak bayi dilahirkan di rumah sakit, beberapa lainnya di rumah sendiri. Penelitian di Kanada menunjukkan ibu hamil bisa mempertimbangkan menjalani proses lahiran di rumah selama kehamilannya berisiko rendah.

"Saya yakin melahirkan di rumah itu hasilnya sangat baik. Namun, perempuan yang melahirkan di rumah harus mengambil tindakan khusus jika dalam kondisi darurat," ujar Direktur Midwifery Education Program di McMaster University, Ontario, Eileen Hutton, dilansir dari WebMD, Kamis (23/12).

Hutton menyarankan ada koordinasi antara orang rumah dengan pihak rumah sakit, sehingga melahirkan di rumah sama amannya dengan melahirkan di rumah sakit. Melahirkan di rumah biasanya mengandalkan bidan, bukan dokter, meski ada dokter yang bisa dipanggil ke rumah.

Peneliti membandingkan hampir 11.400 kelahiran di rumah sakit dengan kelahiran di rumah dalam jumlah yang sama di Ontario sepanjang 2006-2009. Bidan membantu dalam proses lahiran pada perempuan yang berisiko rendah.

Itu berarti ibu hamil dengan kondisi medis, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit komplikasi lainnya tak disarankan melahirkan di rumah. Hutton mengatakan perempuan yang menginginkan kelahiran normal lebih toleran terhadap rasa nyeri di lingkungan rumah yang lebih akrab dan melancarkan proses melahirkan sang ibu.

Hasil penelitian menunjukkan hanya delapan-10 persen ibu yang melahirkan di rumah membutuhkan perawatan darurat dalam proses melahirkan. Sedangkan 90 persen lainnya lancar. Bidan yang akan membantu proses melahirkan di rumah hendaknya sudah terdidik, terlatih, dan berlisensi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement