Selasa 01 Dec 2015 08:31 WIB

Mata Minus Buat Bumil tak Bisa Lahirkan Normal, Mitos atau Fakta?

Rep: C23/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi ibu hamil.
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi ibu hamil.

REPUBLIKA.CO.ID, Mitos menyebut perempuan dengan mata minus besar, atau di atas 6,5, tidak bisa melahirkan secara normal. Pilihan melahirkan dengan operasi cesar pun terpaksa diambil.

Benarkah?

Dokter spesialis mata Ferdiriva Hamzah menyanggah bila ada anggapan yang menyebut seorang ibu hamil dengan minus mata tinggi, rawan putus syaraf matanya karena  menjalani proses persalinan normal. Menurutnya, semua orang, tidak hanya ibu hamil, yang mengalami minus mata tinggi, berisiko mengalami keputusan syaraf mata.

Dia juga tidak membenarkan bila ada orang mengatakan seorang ibu hamil dengan minus mata tinggi harus menjalani operasi cesar ketika melahirkan agar tak mengalami kebutaan. "Ibu hamil yang minus tinggi  (mata) katanya kalau mengedan (saat persalinan) bisa lepas syaraf matanya sehingga harus dicesar itu tidak benar," ujar Ferdiriva saat menghadiri acara pambukaan Klinik Utama Jakarta Eye Center di Cibubur, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, telah banyak pula penelitian yang  memang menyatakan bahwa tidak ada korelasi antara seorang ibu hamil yang bermata minus tinggi dengan risiko terputusnya syaraf mata ketika proses persalinan. "Justru ada ibu-ibu yang syaraf matanya sudah lepas lalu menjalani proses persalinan normal, tapi syaraf putusnya tidak bertambah," katanya.

(baca: Suami Juga Jadi Sebab Istri Sulit Hamil)

Namun, Ferdiriva mengatakan, ada satu hal yang memang patut dicatat, yakni orang yang mengalami minus mata tinggi, di atas angka tiga, misalnya, 10 kali lebih berisiko mengalami keputusan syaraf mata dibandingkan dengan orang bermata normal. "Jadi bukan hanya karena dia hamil terus berisiko (putus syaraf mata), tapi semua yang mengalami minus mata tinggi juga berisiko mengalami hal itu," ungkapnya.

Risiko ini, lanjutnya, dikarenakan kelengkungan kornea yang terlalu pendek dan sumbu bola mata yang terlalu menjorok ke dalam. "Kalau sudah terlalu ke dalam kan tidak bisa dimajukan lagi," jelas Ferdiriva.

Bahkan Ferdiriva mengaku lebih sering menangani pasien yang syaraf matanya  putus ketika penderitanya baru saja terbangun dari tidur atau setelah mengucek-ngucek matanya. Jadi, lanjutnya, orang dengan minus mata tinggi, berisiko mengalami putus syaraf mata kapan saja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement