Rabu 11 Nov 2015 08:11 WIB

Manfaatkan Teknologi untuk Atasi Tuberkulosis

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Winda Destiana Putri
Tuberkulosis
Tuberkulosis

REPUBLIKA.CO.ID, ‎JAKARTA -- Laporan World Health Organization (WHO) pada 2004 menyatakan masih terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis (TB) di 2002.

Persebaran terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 persen dari seluruh kasus di dunia. Di Indonesia sendiri, meskipun hingga akhir 2013 prevalensinya menurun secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, namun jumlah penderita penyakit TB masih terbilang tinggi.

Bahkan, saat ini jumlah penderita TB di Indonesia menempati peringkat empat terbanyak di seluruh dunia. Prevalensi TB di Indonesia pada 2013 ialah 297 per 100 ribu penduduk dengan kasus baru setiap tahun mencapai 460 ribu kasus.

Dengan demikian, total kasus hingga 2013 mencapai sekitar 800 sampai 900 ribu kasus. Ahli Bedah Cardiothoratic RS Gleaneagles Singapura, dr Su Jang Wen mengatakan bahwa negara-negara Asia Tenggara yang memiliki beban tertinggi penyakit TB perlu banyak belajar dari negara yang tergolong sukses menanggulanginya. Upaya pemberantasan TB perlu melibatkan kemitraan yang luas.

"Kemitraan ini tak sekadar menyangkut masalah pendanaan, melainkan dalam hal akses terhadap teknologi dan penanganan terbaru dalam menghadapi penyakit ini," ujar Su Jang Wen dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (10/11) malam.

Salah satu kisah sukses terbaru di RS Gleneagles Singapura menunjukan bahwa koordinasi antar dokter di kedua negara ternyata berhasil menyelamatkan nyawa seorang pasien dari Vietnam, Tran Thien Khoa.

Anak muda asal Vietnam ini terinfeksi paru-paru oleh bakteri sehingga mengidap TB. Kondisinya sudah pada tingkat akut, bahkan sebagian besar dokter di Vietnam hanya mampu memberi secercah harapan untuk sembuh, selebihnya malah terpaku pesimis.

Berat badannya terus menyusut hingga 33 kilogram dan ketahanan tubuhnya keropos. TB terus menggerogoti fisik dan mungkin sewaktu-waktu merenggut hidupnya.

Khoa pun berada di ujung maut, hanya tekad dan impian untuk hidup sehat kembalilah yang tersisa. Meskipun tes TB pertamanya menunjukkan hasil negatif, namun dia berulangkali menderita gejalanya penyakit itu seperti demam dan fatig.

Gejala itu menyiksa Khoa, tubuhnya terus-menerus demam dan tarikan napasnya menyempit. Kondisi yang terjadi berulang-ulang ini mengikis kesehatannya. Hingga pada titik dimana ia sering mengalami batuk darah dan sesak napas dalam sehari.

Dari sisa tekad tadi, kemudian ia yakin untuk menjalani perawatan di RS Gleneagles Singapura selama satu bulan. Pihak keluarga sangat bingung atas situasi ini, namun tim dokter dan keluarga akhirnya memutuskan untuk mengambil risiko dan mengijinkan dia dioperasi untuk mengangkat paru-paru sebelah kirinya.

Setelah melewati dua kali operasi, tim dokter berhasil mengangkat paru-paru yang terinfeksi dengan sempurna. Menurut dr Su Jang Wen, kasus itu merupakan salah satu kasus paling sulit yang pernah ditangani tim dokter RS Gleneagles Singapura.

“Saat dokter pertama kali melihat situasinya, paru-parunya sudah sangat rusak oleh TB dan dia terus-menerus batuk berdarah. "Kami jelaskan pada keluarganya bahwa kondisi fisiknya yang lemah membuatnya sangat berisiko menghadapi kematian jika ia menjalani operasi," ujarnya.

Di sisi lain, dia terus batuk berdarah dalam jumlah yang banyak, sehingga terancam meninggal meski tidak dioperasi. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, keluarganya dengan berani menyetujui agar kami mengangkat paru-paru kirinya yang sudah terinfeksi.

Kini, Khoa dalam kondisi stabil dengan paru-paru yang berfungsi baik. Dia masih harus meneruskan pengobatan anti infeksi selama satu tahun, demi kesembuhan total. Dari kisah ini, dr Su Jang Wen berharap banyak penderita TB lainnya terinspirasi untuk selalu bersemangat menghadapi penyakitnya.

Terutama untuk masyarakat Indonesia, sebagai salah satu negara penderita TB terbanyak di dunia, bahwa dengan kemajuan teknologi sekarang ini diharapkan akan menjadi jawaban pencegahan dan pengobatan penyakit tuberkulosis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement