Ahad 11 Oct 2015 02:05 WIB

Merasa Sangat Lapar di Pagi Hari? Ini Alasannya

Rep: c34/ Red: Dwi Murdaningsih
Bangun tidur (ilustrasi)
Foto: Womanitely
Bangun tidur (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CAMBRIDGE -- Pernah merasa sangat lapar saat bangun di pagi hari? Jika ditelaah, ada banyak faktor yang menyebabkan timbulnya respon tubuh tersebut, berikut beberapa di antaranya:

1. Kurang Tidur.

Berdasarkan sebuah studi yang tercantum dalam Jurnal Obesitas, mereka yang kurang tidur akan mengonsumsi tambahan 248 kalori pada hari berikutnya. Kelelahan akibat kurang istirahat juga terbukti mendorong kita untuk makan dua kali lipat dari jumlah kalori biasanya.

Para ilmuwan menyebutkan, orang-orang yang secara berkala hanya tidur lima jam sehari disinyalir 50 persen lebih mudah gemuk dibandingkan mereka yang tidur delapan jam sehari. Sebab, stres pada tubuh akan mengganggu keseimbangan ghrelin dan leptin, 'hormon lapar' yang memberitahu apakah Anda lapar atau kenyang.

"Jika Anda lelah dan kurang istirahat, tubuh cenderung 'menggila' untuk mendapatkan glukosa karena butuh energi dalam waktu cepat," ujar ahli nutrisi Rhiannon Lambert dari rhitrition.com.

 

2. Menu makan malam yang kurang tepat.

Jika Anda merasa lapar ketika bangun pagi, ingat-ingat apa yang Anda makan semalam. Konsumsi terlalu banyak karbohidrat olahan menyebabkan kadar gula meningkat pesat tetapi juga hilang dengan cepat.

Hasilnya, ketika bangun, otak Anda segera mengidam glukosa. Hormon rasa lapar yang kemudian dilepaskan, membuat Anda ingin makan sesegera mungkin.

Untuk menghindari terlalu lapar di pagi hari, para ahli menyarankan makan malam dengan menu yang menggabungkan karbohidrat yang lebih kompleks dan lebih sulit dicerna. Misalnya, beras merah, roti gandum, atau pasta dengan tambahan produk protein seperti daging, ikan, atau kacang-kacangan.

"Di dalam usus, terdapat sel sensor kecil yang mendeteksi berapa banyak Anda mengonsumsi protein dan karbohidrat. Sertakan protein dalam makanan untuk memberitahu otak bahwa Anda sudah cukup makan," kata ahli endokrin dari Universitas Cambridge, Sir Stephen O'Rahilly.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement