Selasa 06 Oct 2015 06:06 WIB

Faktor Otak Buat Perempuan Lebih Mudah Menangis

Rep: MGROL 47/ Red: Indira Rezkisari
Hormon testesteron atau estrogen menjadi penyebab mengapa Kaum Hawa lebih sensitif dibandingkan pria, sehingga mudah menangis.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Hormon testesteron atau estrogen menjadi penyebab mengapa Kaum Hawa lebih sensitif dibandingkan pria, sehingga mudah menangis.

REPUBLIKA.CO.ID, Apakah Anda pernah menangis ketika Anda sedang stres di tempat kerja? Apakah Anda menangis bulan lalu setelah mendengar salah satu berita yang mengerikan di radio?

Jika Anda menjawab ya untuk semua pertanyaan ini, Anda mungkin seorang wanita. Setidaknya begitulah stereotip berjalan yang dipandang. Ya, wanita makhluk yang sensitif. Mereka emosional. Menangis tanpa alasan, selain memang perlu menangis.

Ternyata, ilmu pengetahuan menemukan wanita memang hidup dengan bereaksi dengan cara seperti itu. Yakni menangis.

Peneliti Kanada memilih orang-orang yang sehat melihat satu set gambar dan mengatakan apakah setiap gambar membuat mereka merasakan emosi positif, negatif, atau netral. Peneliti lalu merekam pemindaian otak dan pelacakan kadar hormon. Mereka menemukan bahwa wanita sering peringkat citra negatif  jauh lebih menyedihkan daripada pria. Dan semakin tinggi testosteron atau kadar estrogen, maka semakin intens perasaan mereka tentang rating mereka.

Dan perbedaan muncul pada hasil pemindaian otak. Pada pria, komunikasi antara dorsomedial prefrontal cortex (dmPFC) -yang mengontrol bagaimana manusia menafsirkan situasi dan sosial yang berhubungan langsung dengan emosi untuk mengingatkan akan ancaman- lebih kuat. Para ilmuwan berspekulasi bahwa kuat sambungan, semakin dmPFC rasional bisa berbicara dalam emosi, akan membuat faktor emosi berkurang. Faktor testosteron sangat berperan di sini.

"Ada kemungkinan bahwa wanita cenderung lebih fokus pada perasaan yang dihasilkan oleh rangsangan ini, sedangkan laki-laki tetap agak 'pasif' terhadap emosi negatif, mencoba untuk menganalisis stimuli dan dampaknya," kata Stéphane Potvin, Ph.D., seorang peneliti di Institut Universitaire en Santé Mentale, dikutip dari laman Shape, Selasa (6/10).

Pada dasarnya, kata para peneliti, wanita secara biologis lebih sensitif terhadap situasi yang menakutkan atau menyedihkan. Akibatnya wanita lebih mungkin untuk merasakan emosi dan merasa mereka lebih intens daripada pria. Semakin tinggi tingkat estrogen wanita akan lebih emosional pula perasaannya. Ini juga menjelaskan mengapa perempuan lebih mungkin untuk memiliki masalah kesehatan mental tertentu dibandingkan laki-laki, perempuan dua kali lebih mungkin berjuang dengan depresi sebagai laki-laki, menurut Mayo Clinic.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement