Selasa 04 Aug 2015 01:54 WIB

Mengunyah Permen Karet Terlalu Lama Sebabkan Rahang Lepas

Permen Karet
Permen Karet

REPUBLIKA.CO.ID, Claire Embleton (38), seorang ibu dari empat anak yang memiliki kebiasaan mengunyah permen karet bebas gula hingga tujuh jam sehari, terpaksa menghadapi operasi besar untuk memperbaiki rahangnya yang rusak.

Rahang Claire rusak tepat di sendi sisi mulutnya, membuatnya tak bisa membuka mulutnya lebih dari satu centimeter. Operasi tersebut akan meninggalkan luka sayatan di wajahnya saat ahli bedah memotong wajah Claire untuk mengganti sendi dengan plat logam.

Claire yang bekerja sebagai manajer IT itu mengatakan, saat dokter mengatakan kalau mengunyah permen karet telah membuat rahangnya terlalu banyak bekerja dan rusak. "Saya terkejut. Saya selalu percaya kalau mengunyah permen karet itu sehat. Makanya saya selalu melakukannya setelah makan dan minum dan memastikan saya cuma makan permen dari merk yang bebas gula."

"Saya tak pernah membayangkan apa yang saya pikir tak berbahaya dan merupakan sebuah kebiasaan sehat malah bisa sangat merusak begini," kata dia.

Kebiasaan Claire mengunyah permen karet sudah berlangsung sekitar lima tahun, dua tahun sebelumnya, Claire kadang-kadang merasakan ada bunyi "klik" di persendian rahangnya ketika makan.

"Tak ada peringatan di kemasan permen karet kalau hanya boleh mengunyah sekian jam. Saya tak khawatir  saat saya merasakan sensasi "klik" di rahang saat mengunyah, karena memang tak sakit."

Tapi setahun lalu, saat dia mengunyah merk favorit permen karetnya, mulutnya tiba-tiba terkunci.

"Saat rahang saya kaku, saya ketakutan. Semenit sebelumnya saya tertawa-tawa dan ngobrol biasa -- tapi kemudian, tanpa peringatan, rahang saya tiba-tiba terkunci di posisi yang nyaris tertutup. Rasanya sangat sakit, maksud saya, saya tidak bisa makan atau bicara dengan baik."

Sejak itu dia tidak bisa membuka mulutnya penuh. Claire yang berasal dari Liverpool, mengunjungi dokter gigi yang merujuknya ke konstan di Rumah Sakit Aintree dan dia didiagnosa dengan satu kondisi yang dikenal dengan Temporomandibular Joint Disorder (TMJD).

"Dia menjelaskan jauh dari kebiasaan sehat, mengunyah terus-terusan dapat membuat kinerja otot rahang jadi berlebihan. Katanya rahang tidak seharusnya mengunyah secara konstan dan harus istirahat di sela-sela makan."

Claire berhenti makan permen karet dan berharap dengan istirahat dan obat pereda nyeri rahangnya akan pulih.

Enam bulan ke depan, dia akan menjalani fisioterapi dan operasi yang disebut arthroscopy untuk menyiram tulang dan sisa serpihan dan menghilangkan tulang rawan menebal dan jaringan parut.

Namun, pengobatan tidak berhasil dan kini dia akan menjalani operasi penggantian rahang di NHS akhir bulan ini.

"Konsultan sudah menjelaskan bahwa operasi akan menghabiskan waktu sepanjang pagi dan melibatkan irisan di sisi wajah di atas telinga sampai leher. Saya akan di rumah sakit selama lima hari dan sayangnya ada risiko bekas luka. Ini operasi besar dan itu menakutkan. Tapi rasanya saya tak punya pilihan lagi. Saat ini saya keaulitan berbicara dan nyaris tidak bisa makan. Saya cuma ingin kembali normal."

Claire yang keempat anaknya berusia dari dua tahun hingga 16 itu mengatakan, permen karet mint bebas gula mungkin sehat untuk gigi. "Tapi sekarang saya tak mengijinkan anak-anak saya makan itu."

Dia percaya, seharusnya ada peringatan di lemasan permen karet. "Saya selalu mengira permen karet bebas gula sehat tapi itu menjadi mimpi buruk dan saya tak ingin siapapun menderita seperti saya."

Penasihat ilmiah dari British Dental Association Professor Damien Walmsley mengatakan mengunyah permen karet bebas gula dalam frekuensi yang cukup, khususnya setelah makan, baik untuk kesehatan oral dengan menstimulasi produksi air liur. Itu akan membantu menetralisir asam dari bakteri yang dapat menyebabkan pembusukan gigi.

"Tapi tekanan yang berlebihan pada rahang baik itu melalui mengunyah berlebihan atau menggiling makanan dengan gigi, dapat mengakibatkan pada sejumlah masalah mulai dari sakit rahang sampai kaku, hingga sakit kepala dan sulitnya pergerakan rahang."

 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement