Selasa 07 Jul 2015 14:26 WIB

YLKI Temukan Merek Pembalut Wanita yang Bisa Sebabkan Kanker

Rep: MGROL 41/ Red: Indira Rezkisari
Tanpa disadari perempuan rentan terkena kanker akibat penggunaan pembalut yang mengandung klorin.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Tanpa disadari perempuan rentan terkena kanker akibat penggunaan pembalut yang mengandung klorin.

REPUBLIKA.CO.ID, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menemukan zat berbahaya, klorin, yang terkandung dalam sembilan merek pembalut yang beredar di Indonesia. Klorin jelas berbahaya bagi kesehatan wanita yang menggunakan pembalut tersebut. Klorin dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal, keputihan, dan hingga menyebabkan kanker.

 

Sembilan merek pembalut ternama yang mengandung klorin antara lain Charm dengan kadar klorin paling tinggi 54,73 ppm, Nina Anion 39,2 ppm, My Lady 24,44 ppm, VClass Ultra 17,74 ppm, Kotex 8,23 ppm, Hers Protex 7,93 ppm, Laurier 7,77 ppm, Softex 7,3 ppm, dan terakhir Softness Standard Jumbo Pack 6,05 ppm. Penelitian ini dilakukan oleh YLKI pada bulan Februari 2015 dengan sampel pembalut yang dibeli dalam rentang waktu Desember 2014–Januari 2015.

 

YLKI sendiri melakukan penelitian di laboratorium yang tentunya sudah terakreditasi dan bersifat independen. Lembaga ini sendiri sudah mengirimkan surat kepada pemerintah mengenai temuannya ini, tapi hingga saat ini belum ada tindakan tegas dari Kementerian Kesehatan RI terhadap pelaku usaha yang memproduksi ataupun mendistribusikan pembalut tersebut.

 

Selain pembalut, YLKI juga menemukan tujuh macam pantyliner yang mengandung klorin, di antaranya V Class sebanyak 14,68 ppm, Pure Style 10,22 ppm, My Lady 9,76ppm, Kotex Fresh Liners 9,66 ppm, Softness Panty Shields 9,00 ppm, Care Free Superdry 7,58 ppm, Laurier Active Fit 5,87 ppm.

Biasanya klorin dipakai untuk memutihkan kertas. Sementara untuk pembalut sendiri, klorin terkandung dalam bahan bakunya, yaitu kapas. Setelah diamati lebih jauh, bahan dasar pembalut tidaklah 100 persen kapas murni, tapi terdiri atas campuran bubuk kayu dan limbah pakaian yang mengandung klorin.

“Yang kita khawatirkan dampak jangka panjangnya, wanita yang tidak terlalu sensitif, tapi merasakan dampak akumulatifnya yang lebih berbahaya,” ujar Ilyani S Andang, selaku Anggota Pengurus Harian YLKI, Selasa (7/7).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement