Rabu 27 May 2015 10:16 WIB

Bukan Hanya Bayi, Lansia Juga Perlu Vaksinasi

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Vaksin
Foto: pixabay
Vaksin

REPUBLIKA.CO.ID, Lansia lebih mudah terkena infeksi seperti influenza, pneumokokus, herpes zoster, hepatitis A, tetanus, difteri dan batuk rejan. Ini karena lansia mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh. Salah satu cara untuk mencegah infeksi ini menurut Ketua Satgas Imunisasi Dewasa dan Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI), Prof Dr dr Siti Setiati, SpPD-KGer, M.Epid, FINASIM, adalah dengan vaksinasi.

Mengapa perlu vaksinasi? Menurutnya, lansia membutuhkan vaksinasi karena lansia lebih retan terhadap penyakit infeksi dan komplikasinya. Banyak penelitian telah membuktikan mengenai manfaat vaksinasi. Dengan vaksinasi, lansia bisa lebih menghemat biaya dibandingkan mengobati penyakit tersebut. Selain itu, vaksinasi ini bermanfaat dari segi kesehatan masyarakat populasi usia lanjut.

Vaksinasi influenza direkomendasikan rutin per tahun bagi dewasa lebih dari 50 tahun, penghuni rumah jompo dan fasilitas-fasilitas lain dalam waktu lama (asrama, pesantren) dan orang muda dengan penyakit jantung atau paru kronis, penyakit metabolisme (termasuk diabetes), penyakit ginjal, penyakit imunitas (termasuk HIV). Selain itu, vaksinasi juga penting untuk calon jemaah haji (karena risiko yang cukup tinggi).

Mengapa harus rutin per tahun? Karena genetik virus flu selalu berubah. Vaksin influenza selalu diperbaharui setiap musim atau tahun. Terjadi penurunan proteksi vaksin karena itu harus ditingkatkan secara rutin per tahun.

Sementara infeksi pneumokok dapat menyerang berbagai organ tubuh. Vaksinasi polisakardia pneumokok (PPSV-23) diberikan pada dewasa usia lebih dari atau sama dengan 65 tahun, ewasa usia kurang dari 65 tahun dengan penyakit jantung, pembuluh darah, penyakit paru kronis, diabetes melitus, alkoholik, kebocoran cairan otak, infeksi HIV, leukemia, dan mendapat kemoterapi.

Sedangkan vaksinasi herpes zoster untuk usia lanjut, diberikan pada individu usia 50 tahun dan ke atas. Vaksinasi ini mencegah herpes zoster (HZ), mencegah nyeri pasca-herpes (NPH). Vaksin ini kontraindikasi pada pasien dengan riwayat alergi terhadap komponen vaksin gelatin, neomisin, dan sebagainya, sindrom penurunan sistem imun, tuberkulosis aktif yang tidak diobati dan kehamilan. Vaksin ini diberikan satu kali vaksinasi di lengan atas secara subkutan, tidak butuh booster. Durasi perlindungan sampai saat ini sudah diteliti sampai 10 tahun sesudah vaksinasi dan masih berlanjut.

“Ketika balita ibu melindungi bayinya dari penyakit dengan imunisasi. Saatnya ketika dewasa, anak melindungi orang tua di masa tuanya dari penyakit dengan imunisasi,” ujarnya.

Namun, biasanya para lansia enggan melakukan vaksinasi. Faktor yang mempengaruhi kemauan dan perilaku vaksinasi pada usia lanjut, menurut Siti yaitu karena sikap dan kepercayaan mengenai vaksinasi secara umum. Persepsi mengenai risiko dan derajat keparahan penyakit, karakteristik vaksin efek samping, efektivitas, asumsi mengenai kandungan vaksin, dan lainnya.

Selain itu, kemauan dan perilaku pada usia lanjut juga dipengaruhi oleh saran dan edukasi dari tenaga medis. Perilaku kesehatan individu, termasuk pengalaman vaksinasi sebelumnya, serta akses dan ketersediaan vaksin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement