Ahad 19 Apr 2015 10:19 WIB

Transfer Kebahagiaan Melalui Bau Keringat

Rep: C30/ Red: Winda Destiana Putri
Berkeringat (ilustrasi)
Foto: examiner.com
Berkeringat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Siapa bilang keringat akan selamanya bau dan menjijikan? Sebuah penelitian baru berhasil membuktikan bahwa bau keringat seseorang yang sedang bahagia akan dapat ditularkan pada orang lain yang sedang murung.

Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan psikologis Gun Semin dari Utrecht University di Belanda menyebutkan bahwa seserang yang dalam keadaan senang tentu dapat membuat orang-orang di sekitar mereka menjadi senang, misalnya hal kecil saja seperti senyuman.

Agar penelitian ini dapat dibuktikan kebenarannya maka, Semin dan koleganya mengujinya dengan merekrut 12 pria Kaukasia untuk memberikan sampel keringat kepada 36 wanita Kaukasia yang tidak memiliki gangguan penciuman untuk menguji sampel tersebut.

Para sampel ini sebelumnya sudah disyaratkan bukanlah seorang peminum alkohol, pengkonsumsi obat-obatan, aktivitas seksual, dan ada diagnosis gangguan psikologis. Maka kemudian para sampel itu datang ke laboratorium, dibilas dan dikeringkan ketiak mereka dengan memiliki bantalan penyerap yang melekat pada masing-masing ketiak. Kemudian, mereka menyaksikan klip video yang dimaksudkan untuk menginduksi keadaan emosi tertentu (takut, kebahagiaan, netral) bantalan keringat dihapus dan disimpan dalam botol.

Di sisi lain, para penguji sampel yaitu para wanita duduk dengan menempelkan dagu mereka pada sisi botol yang berisi keringat pria dengan segala jenis emosi (takut, bahagia, netral). Botol itu dibuka segera dan kemudian wanita mendeteksi baunya, untuk melihat ekspresi kerutan wajah para penguji sampel tersebut.

Data ekspresi wajah mengungkapkan bahwa wanita yang terkena "takut keringat" menunjukkan aktivitas yang lebih besar pada otot frontalis medial, fitur umum dari ekspresi ketakutan. Dan wanita yang terkena "happy keringat" menunjukkan aktivitas otot yang lebih, wajah menunjukkan senyum Duchenne, komponen umum dari ekspresi kebahagiaan.

Hasil penelitian ini juga diterbitkan dalam Psychological Science, sebuah jurnal dari Association for Psychological Science. Penelitian ini menunjukkan bahwa manusia memproduksi senyawa kimia atau chemosignals ketika mengalami kebahagiaan yang terdeteksi oleh orang lain yang bau keringat kami.

"Ini adalah langkah lain pada fungsi komunikatif keringat manusia, kami akan terus memperbaiki untuk memahami efek neurologis dari keringat manusia pada penerima senyawa kimia ini," ujar Semin dilansir laman Newsnow Ahad (19/4).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement