Selasa 31 Mar 2015 22:24 WIB

Demensia Picu Kematian Nomor Dua di Australia

Kebiasaan merokok mencetus munculnya penyakit demensia saat usia bertambah tua.
Foto: Prayogi/Republika
Kebiasaan merokok mencetus munculnya penyakit demensia saat usia bertambah tua.

REPUBLIKA.CO.ID, Kematian akibat penyakit Demensia kini meningkat signifikan di Australia. Biro Pusat Statistik Australia menunjukan Demensia telah melesat ke urutan kedua sebagai penyakit pemicu kematian terbesar di Australia setelah penyakit jantung.

Jumlah warga berusia lanjut (lansia) di Australia diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2025 nanti dan diprediksi sekitar 1 juta warga Australia akan menderita berbagai bentuk penyakit Demensia. Carol Bennett, Direktur Eksekutif lembaga AlZheimer Australia mengatakan saat ini ada 342,000 warga Australia yang hidup dengan Demensia.

"Demensia naik kelas dari posisi ketiga menjadi ke posisi dua sebagai penyakit yang paling banyak memicu kematian di Australia tahun lalu, dan ini merupakan kenaikan yang luar biasa besar," kata Bennett. "Demensia adalah kondisi yang sangat melemahkan, karena dapat memicu masalah beban biaya kesehatan dan dampak sosial di masyarakat yang sangat besar," tambahnya.

 

Biro Statistik Australia (ABS) mengatakan pada tahun 2013 lalu ada 11.000 kematian disebabkan oleh Demensia, angka ini meningkat 30 persen dalam lima tahun terakhir. Jenis Demensia yang paling umum adalah Alzheimer, yakni penyakit yang merusak otak dan kerap menyebabkan kerusakan ingatan.

 

Bennett mengatakan faktor risiko terbesar dari Alzheimer adalah usia lanjut.

 

Menurutnya jika tidak ada tambahan anggaran yang dialokasikan untuk mengurus kelompok warga yang memasuki usia lanjut, maka demensia akan memberi tekanan besar pada sistem kesehatan pemerintah. Professor Perminder Sachdev, Wakil Direktur Pusat Kesehatan Penuaan Otak di Universitas New Wales, mengatakan saat ini Australia belum banyak menanamkan modalnya pada riset mengenai Demensia.

 

"Saya kira kita saat ini masih pada tahan awal. Mungkin kita saat ini seperti pada masa awal perkembangan penelitian mengenai kanker pada 20 hingga 30 tahun lalu," kata Professor Sachdev. Karenanya penyembuhan Demensia juga menurutnya masih membutuhkan waktu yang lama.

"Investasi di sektor riset Demensia tertinggal jauh dibandingkan dengan penyakit-penyakit lain, masih jauh sekali tahap yang harus dilalui sebelum kita memahami dengan baik mekanisme dari Demensia dan pengobatan yang efektif," katanya. "Tapi itu tidak harus membuat kita sangat pesimis karena saya pikir kami telah menemukan beberapa hal yang bisa dilakukan yang mungkin dapat mencegah kepikunan."

 

Profesor Sachdev akan memimpin proyek penelitian baru di Pusat Kesehatan Penuaan Otak bernama  Momentum Demensia, yang bertujuan untuk menyatukan penelitian internasional tentang Demensia.

Richard Grellman, ketua Genworth Mortgage Insurance, IPH Limited dan AMP Foundation, mengatakan Momentum Demensia akan meminta sektor swasta untuk mendanai penelitian tentang pencegahan Demensia. Menurut Grellman perusahaan di Australia dapat memainkan peran yang lebih besar untuk mendanai riset mengenai otak di masa depan.

sumber : http://australiaplus.com/indonesian/2015-03-31/demensia-pemicu-kematian-kedua-terbesar-di-australia/1431934
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement