Kamis 19 Mar 2015 18:25 WIB

Korupsi Ternyata Berkaitan dengan Bakteri yang Tahan Antibiotik

Antibiotika
Foto: .
Antibiotika

REPUBLIKA.CO.ID, Para peneliti asal Australia menemukan hasil yang cukup mengejutkan soal tingkat korupsi dengan antibiotik yang sudah tidak lagi mampu menyembuhkan beberapa penyakit akibat bakteri tertentu.

Menurut badan kesehatan PBB, WHO, kini terdapat peningkatan jumlah infeksi yang disebabkan resistensi terhadap antibiotik. Akibatnya, antibiotik tidak lagi mampu untuk membunuh beberapa jenis bakteri yang menyebabkan penyakit.

Penyebab resistensi terhadap biotik ini adalah karena pemberian resep dan penggunaan antibiotik yang terlalu sering.

Tapi kini ada penelitian yang cukup mengejutkan. Penelitian yang dilakukan oleh Australia National University (ANU) menunjukkan adanya hubungan antara tingkat korupsi di suatu negara dengan tingkat resistensi terhadap antibiotik di kalangan penduduknya.

"Negara-negara dengan tingkat korupsi yang cukup tinggi memiliki pemerintahan yang tidak terlalu tegas, tidak terlalu transparan, sehingga kurang pengawasan untuk masalah ini dan menyebabkan lebih longgar dan tidak melakukan hal-hal dengan benar, dan ini juga yang terjadi dengan penggunaan antibiotik," kata Associate Profesor Sanjaya Senanayake dari ANU.

Menurutnya contoh yang terbaik dalam masalah ini adalah penggunaan antibiotik untuk mengobati bakteri e-coli. Penggunaan antibiotik yang berlebihan ini malah mengakibatkan warganya banyak yang mengalami resistensi terhadap antibiotik.

Bakteri E-Coli adalah bakteri yang biasa ditemukan dalam tubuh manusia dan hewan. Di sektor pertanian, antibiotik diberikan kepada sejumlah hewan dan menyebabkan resistensi. Resistensi terhadap antibiotik ini bisa tersebar kepada manusia lewat daging hewan yang dikonsumsi.

"Negara-negara dengan tingkat korupsi yang lebih tinggi cenderung tidak memiliki pengawasan ketat soal penggunaan antibiotik, termasuk bagaimana antibiotik dibuang dan dampaknya pada lingkungan yang berpotensi terkontaminasi," ujar Profesor Senanayake.

Untuk penelitian hubungan korupsi dan penggunaan antibiotik ini, para peneliti ANU mendapatkan data-datanya dari negara-negara Eropa. Profesor Senanayake mengatakan hubungan kuat antara pemerintahan yang buruk dengan tingginya tingkat resistensi terhadap antibiotik banyak ditemukan di negara-negara Eropa timur dan selatan.

"Kita menemukan bahwa korupsi, pemerintahan yang buruk dan baik dan penggunaan antibiotik menjadi penyebab 60 persen kasus resistensi pada antibiotik. Dan untuk pertama kalinya, dari pengetahuan kami, ada hubungannya dengan pemerintahan yang korup.

Ia juga menyebutkan ada 23.000 kasus kematian akibat bakteri yang tahan atau resisten pada antibiotik di Amerika Serikat.

sumber : http://australiaplus.com/indonesian/2015-03-19/ada-hubungan-antara-korupsi-dengan-bakteri-yang-tahan-antibiotik/1426981
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement