Kamis 27 Nov 2014 19:07 WIB

Rokok Elektrik Berisiko Sebabkan Kanker 10 Kali Lipat

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Indira Rezkisari
Rokok elektrik
Foto: AP
Rokok elektrik

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Rokok elektrik yang kini marak untuk mengganti rokok konvensional perlu diperhatikan penggunaannya. Para peneliti Jepang mengatakan rokok elektrik berisiko menyebabkan kanker lebih besar 10 kali lipat, Kamis (27/11).

Studi terbaru menemukan konsumsi rokok elektrik ternyata lebih berbahaya. Perangkat elektrik batang rokok yang populer di kalangan itu berfungsi untuk menghangatkan cairan beraroma yang umumnya adalah nikotin. Hasil penghangatan itu kemudian dihirup seperti layaknya rokok, namun tanpa asap.

Komisi Peneliti dari Kementerian Kesehatan Jepang menemukan zat karsinogen (penyebab kanker) dalam uap air yang diproduksi beberapa tipe rokok elektrik cair. Kementerian Kesehatan mengatakan pada AFP, zat tersebut seperti formaldehid dan asetaldehid.

Kadar formaldehid dalam rokok elektrik ternyata lebih banyak daripada rokok reguler. ''Pada satu merek rokok elektrik, tim menemukan level karsinogen 10 kali lipat,'' kata peneliti Naoki Kunugita.

Zat ini muncul terutama ketika perangkat dihangatkan, jumlahnya jadi membahayakan. Kugunita dan timnya dari Institut Nasional untuk Kesehatan Masyarakat memasukkan laporan tersebut pada Kementerian Kesehatan Kamis ini.

Ia mengatakan kadar formaldehid yang diproduksi berbeda dari setiap merek. Ada yang menghasilkan 10 kali lebih banyak, ada yang lebih rendah. Menurutnya, rokok elektrik tidak berbahaya untuk mereka yang tidak mengonsumsinya.

''Kita perlu hati-hati, beberapa produsen rokok ini ingin menyasar dua manfaat, satu untuk digunakan langsung, satu lagi untuk membuat kebiasaan merokok pada anak muda,'' kata dia. Menurutnya, pemerintah sedang meneliti risiko yang ditimbulkan oleh rokok modern ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement