Jumat 14 Nov 2014 13:41 WIB

Bayi Prematur Sumbang Kematian Bayi di Indonesia

Rep: Neni Ridareni/ Red: Indira Rezkisari
Bayi prematur/ilustrasi
Foto: senseandsustainability.net
Bayi prematur/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Kelahiran bayi prematur di negara berkembang cukup tinggi. Indonesia termasuk negara kesembilan dari 11 negara berkembang di dunia yang angka kelahiran bayi prematurnya cukup tinggi.

Bahkan bayi prematur ini menyumbang angka kematian cukup tinggi yakni dalam Riskesdas 2010 menunjukkan kematian pada bayi lahir berusia kurang dari satu tahun,  sekitar 50 persennya merupakan bayi prematur. Data tahun 2006 menunjukkan hampir  40 persen kematian penyebabnya bayi prematur, jelas Konsultan Spesialis Anak  RSUP Dr Sardjito Setyo Wandita dalam jumpa pers , di Gedung Bulat RSUP Dr Sardjito, Jum’at (14/11).

Bayi semakin prematur angka kematiannya semakin tinggi karena sulit perawatannya dan banyak komplikasinya.  Menurut Setyo, bayi prematur ini terbagi menjadi tiga. Yakni, berat bayi lahir rendah (BBLR) di bawah 2500 gram-1500 gram, berat lahir sangat rendah di bawah 1500-1000 gram, dan berat lahir ekstrim rendah di bawah 100 gram .

Lebih lanjut dia mengatakan metode kanguru (bayi didekap/ditempelkan ke tubuh ibunya  dalam keadaan telanjang dan diselimuti) merupakan perawatan esensial pada bayi prematur karena lahir sebelum waktunya. Bagi bayi prematur lingkungan yang nyaman dan paling alamiah adalah di dekapan ibunya. Karena dengan metode Kanguru seperti halnya pada watu bayi masih di dalam rahim, dia masih mendengarkan denyut jantung ibu.

Hal itu juga diakui oleh seorang ibu mantan bayi prematur, Isnawati. Anaknya Afrilia waktu lahir beratnya hanya 1.050 gram.,  Sehingga perlu waktu untuk perawatan di rumah sakit sekitar 45 hari. Setelah pulang ke rumah Afrilia dirawat dengan metode Kanguru selama dua bulan. Bahkan pada saat pergi Afrilia selalu dimasukkan ke dalam baju ibunya sehingga tidak kelihatan.

Sementara itu Direktur Utama RSUP Dr Sardjito M. Syafak Hanung, mengatakan agar bayi prematur tidak sekedar selamat, peralatan yang canggiih untuk menangani bayi prematur telah disiapkan.  Khusus untuk perawatan bayi prematur di RSUP Dr Sardjito disiapkan fasilitas khusus yakni  yakni ruang rawat intensif (level  III). Kapasitas ruang perawatan ini tidak berdesak-desakan. Sekarang juga sedang membangun ruang perawatan intensif khusus unruk anak.

‘’Walaupun ruang perawatan intensif untuk pasien prematur dilengkapi dengan peralatan canggih yang mahal-mahal, tetapi  tetap berlaku bagi pasien BPJS  maupun PBI (Penerima Bantuan Iuran),’’jelas dia. Hal itu juga diakui Apriani yang anaknya juga prematur,

‘’Suami saya seorang karyawan peserta Jamsostek. Anak saya (Melanoa) yang saat lahir beratnya hanya 1.080 gram dan harus dirawat di NICU RSUP Dr Sardjito selama 73 hari. Biayanya habis sekitar Rp 45 juta , tetapi hanya membayar Rp 1 juta,’’ ungkap  Apriani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement