Selasa 03 Sep 2013 22:58 WIB

Hati-Hati, Diabetes Melitus Penyebab Kematian Nomor 6 di Dunia

Rep: Fenny Melisa/ Red: Djibril Muhammad
Gadis kecil penderita diabetes melitus tipe 1 (Ilustrasi)
Foto: The Diabetes Web
Gadis kecil penderita diabetes melitus tipe 1 (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat baik secara global, regional, nasional, dan lokal. Salah satu PTM yang menyita perhatian adalah Diabetes Melitus (DM).

Di Indonesia DM menjadi ancaman serius bagi pembangunan kesehatan akibat komplikasi yang ditimbulkannya seperti kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetes (gengrene) sehingga harus diamputasi, penyakit jantung, dan stroke.

Global status report on NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan 60 persen penyebab kematian semua umur di dunia disebabkan PTM dan DM menduduki peringkat keenam PTM yang menjadi penyebab kematian.

"Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4 persen meninggal sebelum usia 70 tahun," kata Direktur Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2PL) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Tjandra Yoga Aditama pada acara 'Blue Print for Change' di Kantor Kemenkes, Selasa (3/9).

Tjandra mengungkapkan pada 2030 diperkirakan DM menempati urutan ketujuh sebagai penyebab kematian dunia. Sedangkan di Indonesia diperkirakan pada tahun 2030 akan memiliki penyandang DM (diabetisi) sebanyak 21,3 juta jiwa.

International Diabetes Federation (IDF), tutur Tjandra, menyatakan lebih dari 371 juta orang di dunia yang berumur 20-79 tahun berpenyakit diabetes. Sedangkan Indonesia merupakan negara ketujuh dengan prevalensi diabetes tertinggi di bawah Cina, India, USA, Brasil, Rusia dan Mexico.

Mengingat besarnya masalah DM tersebut, lanjut Tjandra, Kemenkes RI memprioritaskan pengendalian DM diantara gangguan penyakit metabolik lainnya selain penyakit penyerta seperti hipertensi, jantung koroner, dan stroke.

"Kemenkes saat ini fokus pada pengendalian faktor resiko DM melalui upaya promotif dan preventif dengan tindak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif," ujarnya.

Menurut Tjandra saat ini pelayanan DM sudah dilaksanalan di puskesmas dengan pemberian obat sesuai kemampuan daerah masing-masing.

Para penyandang DM yang rujuk balik dari RS, jika merupakan peserta Askes, kata Tjandra, dapat diberikan obat oral maupun suntikan selama 30 hari atau sesuai rekomendasi dokter RS.

Selain itu, salah satu pengendalian DM yang dilakukan Kemenkes yakni melakukan monitoring dan deteksi dini faktor resiko DM di Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) PTM.

Posbindu PTM merupakan kegiatan peran serta masyarakat dalam pengendalian faktor resiko DM secara mandiri dan berkelanjutan. Tjandra mengatakan saat ini sudah terdapat 7225 posbindu di seluruh Indonesia.

Lebih lanjut Tjandra menyarankan agar masyarakat mulai berperilaku CERDIK yakni Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat Cukup, dan Kelola Stres.

"Berperilaku CERDIK langkah pertama agar terhindar dari Diabetes Melitus," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement