Kamis 16 Feb 2012 18:15 WIB

Transpalasi Ginjal Lebih Efektif Ketimbang Cuci Darah

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--Transplantasi atau cangkok ginjal lebih efektif mengatasi gagal ginjal dan lebih efisien dibandingkan dengan keharusan menjalani cuci darah, kata pakar penyakit dalam RSUP dr Kariadi Semarang dokter Shofa Chasani Sp.PD-KGH.

"Memang biaya yang harus dikeluarkan besar (untuk transplantasi), namun jauh jika dibanding dengan biaya menjalani cuci darah. Apalagi, cuci darah bagi penderita gagal ginjal harus dijalani seumur hidup," katanya di Semarang, Kamis.

Hal itu diungkapkannya usai melakukan operasi transplantasi ginjal ke-49 yang dilakukan tim RSUP dr Kariadi Semarang. Ia mengatakan, penyakit ginjal saat ini menjadi penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat.

Setidaknya, kata dia, setiap hari ada pasien baru penyakit ginjal, termasuk yang sudah sampai gagal ginjal sehingga harus menjalani cuci darah (hemodialisis) yang membutuhkan banyak biaya dan harus dijalani seumur hidup.

Namun, katanya, transplantasi ginjal bisa menjadi solusi untuk memperbaiki fungsi organ dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Langkah paling sulit untuk transplantasi ginjal sebenarnya mencari donor yang mau menyumbangkan ginjalnya.

Ia mengakui, selama ini memang masih ada ketakutan di masyarakat bahwa menyumbangkan organ, terutama ginjal, karena khawatir dengan menyumbangkan satu ginjalnya bisa memengaruhi kualitas hidupnya kelak berkaitan fungsi organ.

Padahal, kata Shofa, secara medik kualitas hidup orang yang bertahan dengan satu ginjal sebenarnya sama dengan orang dengan dua ginjal, selama orang tersebut menjaga pola hidup sehat agar organ ginjalnya tetap sehat.

Direktur Medik dan Keperawatan RSUP dr Kariadi Semarang dr Bambang Sudarmanto pada kesempatan sama mengatakan, pihaknya telah menyiapkan berbagai hal, termasuk tim, sarana-prasarana untuk melakukan operasi transplantasi ginjal.

"Kami baru saja menyelesaikan operasi cangkok ginjal yang ke-49 di RS ini. Mohon maaf, identitas pasien dan donor kami rahasiakan, namun mereka semuanya laki-laki dengan usia pasien 52 tahun dan 40 tahun untuk donor," katanya.

Operasi transplantasi ginjal itu, kata dia, ditangani oleh tim teknis medis yang beranggotakan 22 dokter ahli, antara lain bidang penyakit dalam, ginjal, bedah vaskuler, bedah urologi, patologi klinis, dan patologi anatomi.

Ia menjelaskan, persiapan operasi dilakukan dalam tiga tahapan yakni pre-operatif, operatif, dan pasca-operatif sehingga setelah menjalani cangkok ginjal harus dipantau secara intensif dalam ruang intensive care unit (ICU).

Sebenarnya, kata dia, transplantasi ginjal yang membutuhkan biaya sekitar Rp160 juta memang lebih efisien dibandingkan dengan keharusan menjalani cuci darah yang membutuhkan biaya sekitar Rp750.000-Rp800.000 setiap kali cuci darah.

"Intensitas cuci darah semakin lama justru tidak berkurang, namun justru meningkat dan harus berlangsung seumur hidup. Diharapkan, setelah menjalani cangkok ginjal si pasien tidak perlu lagi menjalani cuci darah," kata Bambang.

RSUP dr Kariadi Semarang menangani operasi transplantasi ginjal mulai Februari 1985 yang berjalan hingga periode 1997, setelah itu RS tersebut sempat lama tidak menangani cangkok ginjal sebelum operasi pada 16 Februari 2012.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement